IHSG Menguat Didukung Sentimen Positif dari Dalam dan Luar Negeri

  • Kenaikan IHSG: IHSG menguat 0,77% pada penutupan sesi I, didorong oleh sentimen positif eksternal dan domestik, termasuk harapan meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China serta kenaikan peringkat saham Indonesia oleh UBS.
  • Potensi Pemangkasan Suku Bunga: The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan, yang dipandang akan memberikan dampak positif bagi pasar saham Indonesia dan negara berkembang lainnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 51,07 poin atau naik 0,77% ke level 6.664,5 pada penutupan sesi pertama, Jumat (25/4/2025). Kenaikan ini didorong oleh kombinasi sentimen positif dari dalam dan luar negeri, menurut Pilarmas Investindo Sekuritas.

Untuk sesi perdagangan kedua, Pilarmas merekomendasikan saham RAJA sebagai pilihan yang layak dipertimbangkan.

Sentimen Eksternal Dorong Optimisme

Dari sisi eksternal, pasar merespons positif harapan akan meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa negosiasi dengan China sedang berlangsung, meskipun pernyataan ini bertolak belakang dengan klaim Beijing yang menyebut tak ada pembicaraan resmi yang terjadi.

“Komentar Trump ini memunculkan harapan akan adanya de-eskalasi antara dua ekonomi terbesar dunia,” tulis Pilarmas dalam riset hari ini.

Seorang pejabat dari Gedung Putih bahkan mengonfirmasi bahwa telah terjadi sejumlah kontak, baik melalui pertemuan langsung maupun lewat sambungan telepon, antara perwakilan kedua negara dalam pekan ini.

Selain itu, pernyataan dua pejabat The Fed, Christopher Waller dan Beth Hammack, juga mendorong optimisme pasar. Keduanya mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan AS (FFR) bisa dilakukan lebih cepat dari perkiraan, terutama jika kebijakan tarif menekan pasar tenaga kerja dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Beth Hammack menyebut bahwa penurunan suku bunga bisa saja terjadi paling cepat pada Juni, tergantung data ekonomi yang masuk.

Dari China, Gubernur Bank Sentral (PBoC) Pan Gongsheng menegaskan bahwa mereka akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang longgar untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik.

Sentimen Domestik Tak Kalah Kuat

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari langkah UBS Group AG yang meningkatkan peringkat saham Indonesia menjadi “overweight”. UBS menilai bahwa Indonesia punya fundamental ekonomi yang kuat dan pasar saham yang tergolong defensif.

“Kenaikan peringkat ini mencerminkan kepercayaan terhadap prospek pasar saham Indonesia,” jelas Pilarmas.

Selain itu, ekspektasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga juga dipandang menguntungkan bagi negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia. Hal ini bisa memberi ruang bagi bank sentral di kawasan untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Bank Indonesia sendiri masih mempertahankan BI-Rate di level 5,75%, sesuai keputusan dalam Rapat Dewan Gubernur pada 22–23 April 2025. Kebijakan ini dinilai sejalan dengan target inflasi yang dipatok pada 2,5% ±1% untuk 2025 dan 2026. Namun BI tetap membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga ke depan, dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.

“Inflasi yang terkendali memberi fleksibilitas lebih bagi BI untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan, dan ini menjadi tambahan katalis positif untuk pasar saham Indonesia,” tulis Pilarmas.

Saham-Saham yang Bergerak

Beberapa saham yang mencatat kenaikan signifikan di sesi pertama antara lain DIVA, MFIN, FORU, WAPO, dan UNVR. Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar mencakup MTFN, NETV, HADE, MIRA, dan CANI.

Untuk sesi kedua, Pilarmas menyarankan untuk mencermati saham RAJA, dengan rekomendasi beli (buy) di kisaran support dan resistance antara 1.880 hingga 2.090.