Defisit APBN Capai Rp 104,2 Triliun, Sri Mulyani: Jangan Langsung Panik

  • Defisit APBN Masih Terkendali: Per akhir Maret 2025, defisit APBN tercatat Rp 104,2 triliun atau 16,2% dari target tahunan sebesar Rp 616,2 triliun, masih sesuai dengan rencana yang telah disusun pemerintah.
  • Surplus Keseimbangan Primer: Meskipun ada defisit, keseimbangan primer justru surplus Rp 17,5 triliun, lebih baik dari perkiraan awal yang negatif Rp 63,3 triliun.
  • Pendapatan dan Belanja Seimbang: Realisasi pendapatan negara (17,2%) dan belanja negara (17,1%) menunjukkan kinerja APBN bergerak seimbang dan terkendali sesuai target.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi kabar mengenai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp 104,2 triliun per akhir Maret 2025. Menurutnya, tidak perlu ada kepanikan karena angka tersebut masih sesuai dengan rencana awal pemerintah.

“Desain APBN 2025 memang sudah memperhitungkan adanya defisit, jadi angka ini masih dalam jalur yang direncanakan,” jelas Sri Mulyani saat konferensi pers Kinerja dan Fakta (KiTa) APBN Edisi April 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Rabu (30/4/2025).

Sebagai gambaran, target defisit APBN tahun ini dipatok sebesar Rp 616,2 triliun. Jadi, angka defisit yang saat ini tercatat baru sekitar 16,2% dari total target. Sementara itu, keseimbangan primer justru mencatatkan surplus Rp 17,5 triliun. Padahal, dalam desain APBN 2025, keseimbangan primer diperkirakan akan negatif Rp 63,3 triliun.

“Kalau sekarang masih surplus, itu pertanda baik. Tapi kalau nanti angkanya negatif pun, itu memang sudah dihitung sejak awal,” tambahnya.

Dari sisi pendapatan, negara berhasil mengumpulkan Rp 516,1 triliun hingga Maret atau 17,2% dari target tahun ini. Pemasukan itu terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 400,1 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 115,9 triliun.

Sementara itu, belanja negara mencapai Rp 620,3 triliun atau sekitar 17,1% dari pagu anggaran. Angka ini mencakup belanja pemerintah pusat sebesar Rp 413,2 triliun serta transfer ke daerah sebesar Rp 207,1 triliun.

Sri Mulyani juga menekankan bahwa APBN tahun ini memang disusun dengan pendekatan countercyclical, artinya pemerintah sengaja merancang anggaran yang bisa membantu mendorong pemulihan ekonomi nasional, khususnya di masa awal pemerintahan Presiden Prabowo.

“Defisit ini bukan pertanda APBN buruk, tapi memang bagian dari strategi untuk mempercepat pembangunan nasional, dengan tetap menjaga akuntabilitas dan kesehatan fiskal,” jelasnya.

Menariknya, jika dilihat secara keseluruhan, baik pendapatan, belanja, maupun defisit—semuanya tumbuh dengan ritme yang seimbang, masing-masing di angka sekitar 17% dari total target tahunan. “Jadi bisa dibilang, semuanya bergerak seirama,” pungkas Sri Mulyani.