Bitcoin

Bitcoin Tembus ATH Rp1,81 Miliar, Ini Faktor-faktor Pendukungnya

  • Bitcoin mencetak rekor harga tertinggi baru menembus angka 111 ribu dolar AS (sekitar Rp1,81 miliar), didorong oleh aliran dana institusional ke ETF spot dan pembelian besar-besaran oleh MicroStrategy.
  • Regulasi dan sentimen positif memperkuat pasar, termasuk kemajuan RUU GENIUS Act di AS dan meningkatnya optimisme investor, tercermin dari indeks Crypto Fear & Greed yang naik ke level 73.
  • Tekanan jual tetap rendah meskipun harga naik, terlihat dari minimnya BTC yang masuk ke bursa dan dominasi pasar Bitcoin yang meningkat menjadi 63,34 persen, menunjukkan pergeseran modal dari altcoin.

Harga Bitcoin berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa setelah menembus angka 111 ribu dolar AS atau sekitar Rp1,81 miliar pada Kamis, 22 Mei. Dalam 24 jam terakhir, nilainya melonjak lebih dari 3,5 persen.

Kenaikan harga ini didorong oleh kombinasi kuat dari arus masuk dana institusional melalui ETF spot, perkembangan regulasi kripto di Amerika Serikat, serta likuidasi besar-besaran dari posisi short.

Pada Selasa, 21 Mei, aliran dana ke ETF Bitcoin spot tercatat mencapai 667 juta dolar AS. Kontribusi terbesar berasal dari iShares Bitcoin Trust milik BlackRock, yang kini telah menguasai lebih dari 625 ribu BTC.

Kenaikan ini juga terjadi di tengah kemajuan pembahasan RUU GENIUS Act di Senat AS. RUU ini memberikan sinyal positif terhadap kejelasan regulasi stablecoin dan turut memperkuat keyakinan terhadap adopsi aset kripto secara lebih luas.

Selain itu, aksi perusahaan MicroStrategy yang membeli Bitcoin senilai 1,34 miliar dolar AS untuk menambah 13.390 BTC ke dalam portofolionya turut memperkuat pasar. Langkah ini berdampak pada penurunan cadangan Bitcoin di bursa ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir, yang menandakan semakin ketatnya pasokan di pasar spot.

Secara teknikal, Bitcoin saat ini diperdagangkan di atas seluruh rata-rata pergerakan utama. Indikator RSI berada di level 76,07 yang menunjukkan kondisi overbought namun tetap stabil, sementara MACD mengindikasikan tren naik yang kuat. Level resistensi berikutnya diperkirakan berada di sekitar 113.335 dolar AS atau sekitar Rp1,85 miliar.

Lonjakan harga ini tidak hanya dipicu oleh sentimen jangka pendek. Akumulasi oleh investor institusional dan rendahnya tekanan jual dari investor jangka panjang menjadi landasan kuat bagi tren kenaikan yang sedang berlangsung.

Sekitar 66 persen dari total likuidasi pasar dalam 24 jam terakhir berasal dari posisi short, dengan nilai mencapai 451 juta dolar AS. Hal ini menunjukkan banyak trader yang salah memprediksi arah pasar. Meskipun tekanan beli sangat kuat, harga tetap mampu stabil di atas 109 ribu dolar AS, mencerminkan kekuatan pasar spot saat ini.

Dari perspektif makroekonomi, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 20 tahun ke level 5,047 persen mendorong investor mencari alternatif lindung nilai, termasuk Bitcoin.

Data on-chain juga menunjukkan bahwa 8.511 BTC yang sebelumnya disimpan oleh investor jangka panjang (3 hingga 5 tahun) mulai berpindah ke cold wallet baru tanpa masuk ke bursa. Ini menjadi indikasi bahwa tekanan jual masih relatif rendah.

Indeks Crypto Fear & Greed meningkat ke level 73, yang mengindikasikan tingginya optimisme pasar. Sementara itu, dominasi pasar Bitcoin naik menjadi 63,34 persen, menandakan adanya pergeseran dana dari altcoin ke aset utama ini.

Bagaimana dengan Potensi Koreksi?

Terkait potensi koreksi harga, investor tetap disarankan untuk berhati-hati. Bagi investor jangka panjang, momen seperti ini bisa menjadi peluang untuk mengambil sebagian keuntungan, terutama jika target harga pribadi sudah tercapai. Namun, ini belum tentu saat yang tepat untuk keluar sepenuhnya dari pasar.

Fenomena musiman seperti “sell in May and go away” yang umum terjadi di pasar saham tampaknya tidak berlaku untuk kripto tahun ini. Salah satu alasannya adalah korelasi antara harga Bitcoin dan suplai uang global (M2) yang terus meningkat. Ketika suplai uang naik, harga Bitcoin cenderung ikut terdongkrak — tren ini diperkirakan akan berlanjut selama Mei.

Secara historis, performa Bitcoin di bulan Mei cukup positif. Selama 12 tahun terakhir, rata-rata imbal hasil bulan ini mencapai lebih dari 7,9 persen. Meski tidak selalu konsisten, data menunjukkan bahwa Mei sering kali menjadi bulan kenaikan, bukan penurunan harga.

Tambahan dukungan datang dari arus masuk besar-besaran ke ETF Bitcoin spot, yang menandakan akumulasi dan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang aset ini.

Investasi

Temukan Keajaiban Bunga Compound

Lihat bagaimana investasi Anda dapat tumbuh seiring waktu dengan kalkulator bunga majemuk interaktif kami. Rencanakan investasi Anda dan raih kebebasan finansial.

Hitung Future Value
Visualisasikan pertumbuhan dari waktu ke waktu
Bandingkan berbagai skenario

Artikel Terbaru

Kalender