- Elon Musk mengecam keras RUU pajak dan belanja Trump karena dinilai akan memperbesar defisit federal hingga 2,5 triliun dolar dan membebani rakyat Amerika dengan utang tidak berkelanjutan.
- RUU “One Big Beautiful Bill Act” telah disetujui DPR dan akan dibahas di Senat. RUU ini memperpanjang pemotongan pajak 2017 dan diperkirakan menambah utang federal sebesar 3,8 triliun dolar.
- Sejumlah politisi Partai Republik mendukung kritik Musk, meskipun pimpinan DPR dan Senat menolaknya. Beberapa anggota Partai Republik seperti Thomas Massie, Warren Davidson, dan Mike Lee ikut menyuarakan keprihatinan terhadap peningkatan defisit.
Elon Musk melontarkan kritik tajam terhadap rancangan undang-undang pajak dan belanja yang diajukan Presiden AS Donald Trump. Ia menyebut aturan tersebut sebagai sesuatu yang “menjijikkan” karena dianggap bisa memperbesar defisit anggaran negara.
Setelah mengundurkan diri dari pemerintahan Trump pada 29 Mei 2025, Elon Musk, orang terkaya di dunia menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap RUU yang tengah dibahas. “Maaf, saya tidak bisa diam lagi. RUU belanja Kongres ini besar, keterlaluan, dan dipenuhi omong kosong. Ini adalah kekejian yang menjijikkan,” tulis Musk di platform X, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/6/2025).
Untuk konteks, Musk sebelumnya ditunjuk memimpin DOGE, sebuah kantor baru yang dibentuk untuk meningkatkan efisiensi birokrasi AS sejak Trump kembali menjabat pada Januari 2025. Dalam perannya, Musk telah melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap belanja sipil, langkah yang sempat menuai banyak protes.
Di unggahan yang sama, Musk juga menyentil para anggota Kongres yang mendukung RUU tersebut. Ia menilai mereka seharusnya merasa malu atas keputusan yang diambil.
RUU itu sendiri disetujui DPR bulan lalu hanya dengan satu suara mayoritas, setelah Kantor Anggaran Kongres (CBO) menyatakan bahwa perpanjangan pemotongan pajak yang dimulai sejak 2017 akan menambah beban utang federal sebesar 3,8 triliun dolar AS. Saat ini, total utang pemerintah sudah mencapai 36,2 triliun dolar. RUU tersebut diberi nama “One Big Beautiful Bill Act” dan dijadwalkan akan dibahas di Senat bulan depan. Meski begitu, para senator diperkirakan akan melakukan sejumlah revisi terhadap versi DPR.
Ketua DPR Mike Johnson dan Pemimpin Mayoritas Senat John Thune membantah kritik Musk. “Sangat mengecewakan. Dengan segala hormat, teman saya Elon sangat keliru,” kata Johnson kepada wartawan.
Namun, tidak semua anggota Partai Republik sejalan. Dua anggota DPR dari partai tersebut, Thomas Massie dan Warren Davidson, justru mendukung Musk. Mereka menyuarakan dukungan lewat platform X, dengan Davidson bahkan menyebut unggahan Musk sebagai “tweet yang besar dan indah.”
Senator Mike Lee, salah satu dari sedikit anggota Partai Republik yang mendorong pemangkasan anggaran yang lebih drastis, juga menyatakan dukungannya kepada Musk. Dalam unggahannya di X, Lee meminta partainya menggunakan RUU Trump ini untuk benar-benar mengurangi defisit. “Kita harus berkomitmen mulai sekarang karena inilah yang diharapkan pemilih dari Kongres Partai Republik,” ujar politisi asal Utah itu.
Penolakan Musk terhadap RUU ini sudah tampak sejak sebelum pengunduran dirinya. Dalam sebuah wawancara seminggu sebelumnya, ia menyebut bahwa undang-undang tersebut akan mengganggu kinerja DOGE. Kritik itu ditepis oleh Trump, tapi Musk kembali menyuarakan keberatannya dengan lebih keras pada Selasa.
“RUU ini akan membuat defisit anggaran yang sudah sangat besar membengkak menjadi 2,5 triliun dolar. Ini membebani rakyat Amerika dengan utang yang tidak berkelanjutan,” tulis Musk lagi.
Pemerintah merespons kritik Musk dengan santai. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Presiden Trump sudah tahu dengan jelas posisi Musk soal RUU ini. “Komentar Elon tidak akan mengubah pendapat presiden. Ini adalah RUU yang besar dan indah, dan dia akan tetap konsisten pada pendiriannya,” ucap Leavitt.
Sementara itu, John Thune yang berencana membawa RUU ini ke Senat bulan depan mengatakan bahwa ia tidak sependapat dengan Musk. “Harapan saya, Elon akan memahami lebih jauh apa isi RUU ini sebenarnya. Tapi ya, kami tetap harus melanjutkan pekerjaan kami,” kata Thune.